Apakah itu
cantik? Kulit putih? hidung mancung? rambut berkilauan? tubuh aduhai semampai?
bibir delima? jari lentik? Cantik itu yang seperti Luna Maya? Cantik itu Sandra
Dewi? Kalau memang itu definisi cantik, betapa sempitnya, betapa dangkalnya,
betapa piciknya definisi tersebut. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa lingkungan,
orang-orang disekitar kita, bahkan mungkin kita sendiripun telah meletakkan
kata cantik pada penjara definisi yang sungguh sangat sempit tersebut. Kita
melihat sendiri bagaimana iklan-iklan menjejali kita dengan produk-produk
pemutih muka, penghalus kulit, pelangsing tubuh. Dan kita bisa melihat sendiri
disekitar kita bagaimana mereka yang ingin dibilang cantik rela membeli produk
kosmetik seharga motor. Ya...hanya agar dibilang cantik.
Lalu
bagaimana dengan mereka yang telah membawa hitam dalam gen-gen mereka. Yang tetap
saja gelap sebanyak apapun krim pemutih yang mereka oleskan. Bagaimana dengan
mereka yang gendut? Yang tubuhnya tak dapat mengecil langsing seketat apapun
diet yang mereka lakukan. Bagaimana dengan mereka yang pendek? Yang tak bisa
bertambah tinggi segiat apapun mereka meloncat tiap pagi.
Kita
memang telah melakukan kejahatan yang keji dengan memberikan dinding-dinding
pembatas pada kata cantik. Kita telah melakukan kejahatan kemanusiaan pada
mereka yang gendut, yang berkulit hitam, yang pendek, yang berbibir tebal
dengan menyematkan kata ‘tidak cantik’, pilihan kata yang lebih halus dari kata
jelek. Pernahkah kita berpikir bagaimana perasaan mereka yang kita sematkan
kata jelek di dada mereka? Pernahkah kita berpikir bahwa mereka yang kita
hadiahkan kata ‘tidak cantik’ itu bisa saja sakit hati? Pernahkah kita berpikir
bahwa mereka yang kita katakan ‘buruk rupa’ itu bisa saja kehilangan rasa
percaya diri mereka? Pernahkah kita berpikir tentang semua itu?
Padahal
definisi cantik yang kita kira adalah kulit putih, hidung mancung, rambut
berkilauan, tubuh aduhai semampai, bibir delima, jari lentik adalah salah.
Adalah keliru. Mereka yang kita bilang gendut, yang berkulit hitam, yang
pendek, yang berbibir tebal sesungguhnya juga cantik. Karena setiap orang itu
cantik. Karena setiap orang cantik dengan kecantikan mereka masing-masing.
Kecantikan hanya bisa dilihat mereka yang berhati bersih.
Lagi pula
kenapa kita selalu berpedoman pada ruang bentuk dan rupa. Mengapa kita selalu
terperangkap pada penglihatan lahir? Bukankah ada pepatah tenar yang
mengatakan, “Don’t judge the book from it’s cover.” Jangan menilai orang dari
luarnya saja. Jangan melihat orang dari fisiknya saja. Lihatlah!! Lihatlah!!
Lihatlah lebih kedalam!! Lebih kedalam!! Lebih kedalam!! Pada bagian penting!!
Pada bagian sakral tapi terlupakan!!! Lihatlah pada organ bernama hati. Karena
kecantikan sesungguhnya terletak disana.
Cantik adalah
kata yang sangat didambakan oleh setiap orang, terutama perempuan. Tidak ada
perempuan yang tidak ingin merasa cantik, dikatakan cantik, terlihat cantik,
atau menjadi cantik. Berbagai upaya dilakukan, kadang hingga menelan biaya yang
tidak sedikit, hanya untukmengejar kecantikan.
Tidak pernah ada
yang dapat mendefinisikan dengan tepat dan pasti, apa yang dimaksud dengan
cantik, setiap orang bisa jadi memiliki definisi yangberbeda-beda mengenai apa
itu cantik. Bagi sebagian, cantik bisa saja berarti bertubuh langsing, berhidung
mancung dan berambut lurus. Bagi sebagian yang lain cantik barangkali artinya
cerdas dan menyenangkan. Bung Karno, bapak bangsa yang dkenal memiliki selera
yang baik tentang perempuan pernah menyatakan bahwa cerdas itu cantik. Namun
sejarah membuktikan bahwa tidak satupun istri beliau yang ‘hanya’ cerdas, semua
juga memiliki pesona fisik yang luar biasa.
Dalam jaman
dimana arus informasi mengalir dengan cepat dan deras, tanpa sadar kita
digiring kepada sebuah pemahaman yang nyaris seragam tentang definisi cantik.
Dari majalah, koran, berita di televisi, film-film, hingga iklan yang terus
menjamur, kita dihadapkan pada sebuah (baca: satu) definisi cantik, yaitu
definisi ragawi, yaitu bahwa cantik adalah muda, berkulit putih, bertubuh
semampai dan langsing, berambut lurus dan berwajah cerah tanpa noda. Seolah
hanya itulah kriteria cantik yag sesungguhnya. Tak heran kita lantas dibanjiri
oleh ribuan produk yang mendukung definisi itu, mulai dari alat kesehatan, obat
awet muda, pusat-pusat kebugaran, aneka krim anti jerawat, pemutih muka,
pemutih badan, salon hingga spa, semua menjanjikan kita kecantikan yang sama.
Sepanjang
ingatan saya, hanya Body Shop yang dengan tegas dan jelas menentang hal itu dan
mengkampanyekan kecantikan model lain dengan poster gambar seorang perempuan
yang berbadan terhitung gemuk tersenyum cerah dan merasa nyaman dengan dirinya
sendiri.
Menjadi
pemikiran saya bahwa, jangan-jangan kita semua sudah terjebak pada sebuah
proses panjang pencitraan tentang cantik. Sehingga alih-alih mencari
kelebihan yang ada pada diri kita sendiri, kita sibuk mencari dan
menemukan hal-hal lain di luar diri kita, yang sesuai dengan citra cantik,
padahal belum tentu sesuai dengan keadaan diri kita sehari-hari.
Seperti citra
cantik itu putih. Bayangkan betapa celakanya kita yang terlahir dengan kulit
sawo matang, hidup di negara tropis yang kaya sinar matahari, berusaha
mati-matian untuk menjadi berkulit putih bak pualam. Sementara kita harus
berpanas-panas ria setiap hari. Berapa banyak krim pemutih yang harus kita
habiskan untuk membuat kulit kita menjadi seputih salju :( . Hal yang
sama berlaku juga bagi wajah kita.
Berapa banyak
perempuan atau laki-laki yang berusaha keras diet, menahan lapar, bahkan tak
jarang hingga menimbulkan penyakit, demi untuk mengejar citra langsing.
Ada sebuah kisah sedih seorang teman yang terpaksa harus menderita sakit ginjal
yang sangat parah karena terlalu banyak meminum ramuan pelangsing tubuh hingga
melebihi batas. Teman malang ini akhirnya meninggal dunia dalam keadaan tetap
gemuk, karena memang barangkali itulah badan yang ideal bagi dirinya :(
Citra rambut
lurus sempat mencuatkan trend rebonding yang menghasilkan rambut yang lurus
menjuntai dan tak rusak diterpa angin. Bahwa hal ini justru dapat mengakibatkan
kerusakan pada rambut, nampaknya tidak menyurutkan minat orang terhadap hal ini
:(
Ditengah segala
bentuk pencitraan mengani definisi cantik, kita wajib bertanya pada diri kita
sendiri, realisitiskah keinginan kita untuk menjadi ‘cantik’?
Apakah jika kita tidak termasuk golongan orang-orang yang termasuk dalam
definisi umum, kita menjadi tidak cantik? Bukankah realita tidak selalu
sama dengan citra? Padahal hidup adalah realita, bukan citra.
Tidakkah lebih
baik jika kita menerima dengan lapang dada kondisi fisik yang menjadi rejeki
kita. Bahwa kita giat berolah raga, itu karena kita ingin memiliki badan yang
sehat. Jika kita kemudian menjadi lebih langsing, biarlah hal itu menjadi efek
saja, bukan tujuan. Bahwa kita melindungi tubuh dan wajah kita dari sengatan
langsung sinar matahari, itu karena kita tidak ingin terkena kanker kulit. Jika
karena itu kulit kita mejadi lebih putih, itu hanya konsekuensi logis saja.
Diri kita hanya
satu-satunya di seluruh jagat raya, mari kita jaga dan cintai sebaik-baiknya. Jika
bukan kita sendiri yang melakukan hal itu maka kita akan terbawa pada arus
pencitraan yang terus dihembuskan di telinga dan di paparkan setiap saat di
depan mata kita.
Mengenai citra
ada sebuah cerita yang sangat melegakan dari seorang teman yang lain.
Teman yang baik ini (seorang laki-laki) hingga hari ini, setelah lewat 18 tahun
perkawinannya, masih melihat istrinya secantik mahasiswi yang ia kenal puluhan
tahun lalu, yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama :) . Citra
kecantikan istrinya sangat melekat dalam benak dan hatinya, terlepas dari
penampilan dan keadaan istrinya saat ini. Baginya istrinya adalah perempuan
paling cantik yang pernah ia temui :)
Usah terkejut
kalau ada orang melahirkan rasa hatinya pada anda, sedangkan anda merasakan
tiada apa-apa istimewanya anda. Begitulah hebat dan misterinya kehidupan.
Ukuran manusia tentang kecantikan dan ketampanan memang tidak pernah sama. Ada
orang mabuk dengan seseorang sedangkan menurut pandangan orang lain, wajah
semacam itu tidak patut dimabuk-mabukkan. Misterinya suara hati memang sukar
dibaca. Tidak ada sebarang alat untuk mengukur makna cantik atau tampan pada
seseorang. Ukuran cantik atau tampan ini sentiasa berlainan antara seseorang
dengan seorang yang lain.
Maka itu, usah
heran jika seseorang wanita dinobatkan sebagai ratu dunia, padahal ramai lagi
wanita di pejabat kita yang kita rasakan mengatasi kecantikan ratu itu. Begitu
juga, mungkin ada wanita di kampung kita, kita rasakan lebih cantik daripada
para model yang popular. Sebab apa? Sebab persepsi kecantikan tidak pernah sama
antara manusia. Ada orang anggap hidung yang sedikit mancung sebagai cantik,
ada orang tidak. Ada orang rambut yang mengurai sebagai cantik, ada orang
menganggap rambut yang ditutup sebagai kecantikan yang mengatasi. Ada orang
menganggap putih melepak itu sebagai cantik ada orang suka yang hitam.
Ada orang
mentafsirkan kecantikan itu mata yang bundar tetapi ada orang merasakan yang
sepet seperti Jepang atau Cina itu yang lebih menawan.Ada orang menganggap bibir
yang tipis itu cantik tetapi ada juga orang yang mengatakan bibir tebal lebih
mengancam.
Di sebuah
kawasan terpencil di utara Thailand, terdapat sekelompok manusia yang
mentafsirkan cantik itu leher yang jinjang. Maka, para wanita memakai besi
lilit di leher untuk memanjangkan leher masing-masing. Alangkah seksanya untuk
menjadi cantik menurut penilaian masyarakat ini.
Begitu juga di
sebuah penempatan di Afrika, cantik ditafsirkan mulut yang lebar. Semakin lebar
mulut semakin cantiklah mengikut ukuran kelompok ini. Maka para lelaki dan para
wanitanya memakai piring besi berbentuk bulat di mulut. Piring ini ditukar
kepada yang lebih besar dari semasa ke semasa. Begitulah misteri dan luasnya
makna cantik dan tampan. Jadi, usah terlalu susah hati jika anda merasakan anda
tidak begitu menarik. Anda tetap cantik di mata orang yang mentafsirkan
kecantikan itu bukan sekadar wajah tetapi mungkin keseluruhan anda. Ini
termasuklah gaya jalan anda, cara nada bertutur, pendirian serta sikap anda
terhadap sesuatu perkara.
Jika anda belum
mendapat teman bukan cantik masalahnya, cuma anda belum bertemu dengan orang
yang mentafsirkan cantik itu menurut apa-apa kelebihan yang ada pada diri anda.
Sebenarnya tiada
manusia yang buruk, lantaran setiap daripada kita ini dicipta oleh Tuhan yang
Maha Bijaksana. Masa ciptaan Tuhan itu tidak cantik, malah dalam islam
kecantikan bukan terletak pada wajah atau keturunan tetapi apa yang ada di
dalam hati. Baik sang hati baiklah seluruh badan, jahat sang hati jahatlah
seluruh badan. Agama menilai kecantikan itu iman yang teguh, kukuh dan padu.
Siapa kita untuk
mempertikaikan ciptaan-ciptaan TUHAN. Sudah tentu kita tidak layak. Tetapi
ramai orang mempertikai TUHAN setiap kali menghadap cermin. Berkacalah tatkala
bercermin sebab dengan berkaca cermin akan memberitahu anda apakah anda yang
berdiri di situ atau perasaan dan keegoan anda yang menampani.
Siapa anda, anda
sendiri yang menentukan. Pandangan manusia semuanya tidak sama. Sejuta yang
mengatakan anda tidak indah, sepuluh juta mungkin mengatakan yang sebaliknya.
Hanya anda belum bertemu muka dengan yang sepuluh juta itu.
Itu saja yang
membezakan.Andai hidup punca perpisahan, biarlah mati menyambungnya
semula.Namun seandainya mati punca perpisahan, biarlah hidup ini membawa erti
yang nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar