Rabu, 26 September 2012

Definisi Cantik


       Apakah itu cantik? Kulit putih? hidung mancung? rambut berkilauan? tubuh aduhai semampai? bibir delima? jari lentik? Cantik itu yang seperti Luna Maya? Cantik itu Sandra Dewi? Kalau memang itu definisi cantik, betapa sempitnya, betapa dangkalnya, betapa piciknya definisi tersebut. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa lingkungan, orang-orang disekitar kita, bahkan mungkin kita sendiripun telah meletakkan kata cantik pada penjara definisi yang sungguh sangat sempit tersebut. Kita melihat sendiri bagaimana iklan-iklan menjejali kita dengan produk-produk pemutih muka, penghalus kulit, pelangsing tubuh. Dan kita bisa melihat sendiri disekitar kita bagaimana mereka yang ingin dibilang cantik rela membeli produk kosmetik seharga motor. Ya...hanya agar dibilang cantik.
Lalu bagaimana dengan mereka yang telah membawa hitam dalam gen-gen mereka. Yang tetap saja gelap sebanyak apapun krim pemutih yang mereka oleskan. Bagaimana dengan mereka yang gendut? Yang tubuhnya tak dapat mengecil langsing seketat apapun diet yang mereka lakukan. Bagaimana dengan mereka yang pendek? Yang tak bisa bertambah tinggi segiat apapun mereka meloncat tiap pagi.

Kita memang telah melakukan kejahatan yang keji dengan memberikan dinding-dinding pembatas pada kata cantik. Kita telah melakukan kejahatan kemanusiaan pada mereka yang gendut, yang berkulit hitam, yang pendek, yang berbibir tebal dengan menyematkan kata ‘tidak cantik’, pilihan kata yang lebih halus dari kata jelek. Pernahkah kita berpikir bagaimana perasaan mereka yang kita sematkan kata jelek di dada mereka? Pernahkah kita berpikir bahwa mereka yang kita hadiahkan kata ‘tidak cantik’ itu bisa saja sakit hati? Pernahkah kita berpikir bahwa mereka yang kita katakan ‘buruk rupa’ itu bisa saja kehilangan rasa percaya diri mereka? Pernahkah kita berpikir tentang semua itu?
Padahal definisi cantik yang kita kira adalah kulit putih, hidung mancung, rambut berkilauan, tubuh aduhai semampai, bibir delima, jari lentik adalah salah. Adalah keliru. Mereka yang kita bilang gendut, yang berkulit hitam, yang pendek, yang berbibir tebal sesungguhnya juga cantik. Karena setiap orang itu cantik. Karena setiap orang cantik dengan kecantikan mereka masing-masing. Kecantikan hanya bisa dilihat mereka yang berhati bersih.
Lagi pula kenapa kita selalu berpedoman pada ruang bentuk dan rupa. Mengapa kita selalu terperangkap pada penglihatan lahir? Bukankah ada pepatah tenar yang mengatakan, “Don’t judge the book from it’s cover.” Jangan menilai orang dari luarnya saja. Jangan melihat orang dari fisiknya saja. Lihatlah!! Lihatlah!! Lihatlah lebih kedalam!! Lebih kedalam!! Lebih kedalam!! Pada bagian penting!! Pada bagian sakral tapi terlupakan!!! Lihatlah pada organ bernama hati. Karena kecantikan sesungguhnya terletak disana.
Cantik adalah kata yang sangat didambakan oleh setiap orang, terutama perempuan. Tidak ada perempuan yang tidak ingin merasa cantik, dikatakan cantik, terlihat cantik, atau menjadi cantik. Berbagai upaya dilakukan, kadang hingga menelan biaya yang tidak sedikit, hanya untukmengejar kecantikan.
Tidak pernah ada yang dapat mendefinisikan dengan tepat dan pasti, apa yang dimaksud dengan cantik, setiap orang bisa jadi memiliki definisi yangberbeda-beda mengenai apa itu cantik. Bagi sebagian, cantik bisa saja berarti bertubuh langsing, berhidung mancung dan berambut lurus. Bagi sebagian yang lain cantik barangkali artinya cerdas dan menyenangkan. Bung Karno, bapak bangsa yang dkenal memiliki selera yang baik tentang perempuan pernah menyatakan bahwa cerdas itu cantik. Namun sejarah membuktikan bahwa tidak satupun istri beliau yang ‘hanya’ cerdas, semua juga memiliki pesona fisik yang luar biasa.
Dalam jaman dimana arus informasi mengalir dengan cepat dan deras, tanpa sadar kita digiring kepada sebuah pemahaman yang nyaris seragam tentang definisi cantik. Dari majalah, koran, berita di televisi, film-film, hingga iklan yang terus menjamur, kita dihadapkan pada sebuah (baca: satu) definisi cantik, yaitu definisi ragawi, yaitu bahwa cantik adalah muda, berkulit putih, bertubuh semampai dan langsing, berambut lurus dan berwajah cerah tanpa noda. Seolah hanya itulah kriteria cantik yag sesungguhnya. Tak heran kita lantas dibanjiri oleh ribuan produk yang mendukung definisi itu, mulai dari alat kesehatan, obat awet muda, pusat-pusat kebugaran, aneka krim anti jerawat, pemutih muka, pemutih badan, salon hingga spa, semua menjanjikan kita kecantikan yang sama.
Sepanjang ingatan saya, hanya Body Shop yang dengan tegas dan jelas menentang hal itu dan mengkampanyekan kecantikan model lain dengan poster gambar seorang perempuan yang berbadan terhitung gemuk tersenyum cerah dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri.
Menjadi pemikiran saya bahwa, jangan-jangan kita semua sudah terjebak pada sebuah proses panjang pencitraan tentang cantik.  Sehingga alih-alih mencari kelebihan yang ada pada diri kita sendiri, kita sibuk mencari  dan menemukan hal-hal lain di luar diri kita, yang sesuai dengan citra cantik, padahal belum tentu sesuai dengan keadaan diri kita sehari-hari.
Seperti citra cantik itu putih. Bayangkan betapa celakanya kita yang terlahir dengan kulit sawo matang, hidup di negara tropis yang kaya sinar matahari, berusaha mati-matian untuk menjadi berkulit putih bak pualam. Sementara kita harus berpanas-panas ria setiap hari. Berapa banyak krim pemutih yang harus kita habiskan untuk membuat kulit kita menjadi seputih salju :( .  Hal yang sama berlaku juga bagi wajah kita.
Berapa banyak perempuan atau laki-laki yang berusaha keras diet, menahan lapar, bahkan tak jarang hingga menimbulkan penyakit, demi untuk mengejar citra langsing.  Ada sebuah kisah sedih seorang teman yang terpaksa harus menderita sakit ginjal yang sangat parah karena terlalu banyak meminum ramuan pelangsing tubuh hingga melebihi batas. Teman malang ini akhirnya meninggal dunia dalam keadaan tetap gemuk, karena memang barangkali itulah badan yang ideal bagi dirinya :(
Citra rambut lurus sempat mencuatkan trend rebonding yang menghasilkan rambut yang lurus menjuntai dan tak rusak diterpa angin. Bahwa hal ini justru dapat mengakibatkan kerusakan pada rambut, nampaknya tidak menyurutkan minat orang terhadap hal ini :(
Ditengah segala bentuk pencitraan mengani definisi cantik, kita wajib bertanya pada diri kita sendiri, realisitiskah keinginan kita untuk menjadi ‘cantik’?   Apakah jika kita tidak termasuk golongan orang-orang yang termasuk dalam definisi umum, kita menjadi tidak cantik?  Bukankah realita tidak selalu sama dengan citra?  Padahal hidup adalah realita, bukan citra.
Tidakkah lebih baik jika kita menerima dengan lapang dada kondisi fisik yang menjadi rejeki kita. Bahwa kita giat berolah raga, itu karena kita ingin memiliki badan yang sehat. Jika kita kemudian menjadi lebih langsing, biarlah hal itu menjadi efek saja, bukan tujuan.   Bahwa kita melindungi tubuh dan wajah kita dari sengatan langsung sinar matahari, itu karena kita tidak ingin terkena kanker kulit. Jika karena itu kulit kita mejadi lebih putih, itu hanya konsekuensi logis saja.
Diri kita hanya satu-satunya di seluruh jagat raya, mari kita jaga dan cintai sebaik-baiknya. Jika bukan kita sendiri yang melakukan hal itu maka kita akan terbawa pada arus pencitraan yang terus dihembuskan di telinga dan di paparkan setiap saat di depan mata kita.
Mengenai citra ada sebuah cerita yang sangat melegakan dari seorang teman yang lain.  Teman yang baik ini (seorang laki-laki) hingga hari ini, setelah lewat 18 tahun perkawinannya, masih melihat istrinya secantik mahasiswi yang ia kenal puluhan tahun lalu, yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama :) . Citra kecantikan istrinya sangat melekat dalam benak dan hatinya, terlepas dari penampilan dan keadaan istrinya saat ini. Baginya istrinya adalah perempuan paling cantik yang pernah ia temui :)
Usah terkejut kalau ada orang melahirkan rasa hatinya pada anda, sedangkan anda merasakan tiada apa-apa istimewanya anda. Begitulah hebat dan misterinya kehidupan. Ukuran manusia tentang kecantikan dan ketampanan memang tidak pernah sama. Ada orang mabuk dengan seseorang sedangkan menurut pandangan orang lain, wajah semacam itu tidak patut dimabuk-mabukkan. Misterinya suara hati memang sukar dibaca. Tidak ada sebarang alat untuk mengukur makna cantik atau tampan pada seseorang. Ukuran cantik atau tampan ini sentiasa berlainan antara seseorang dengan seorang yang lain.
Maka itu, usah heran jika seseorang wanita dinobatkan sebagai ratu dunia, padahal ramai lagi wanita di pejabat kita yang kita rasakan mengatasi kecantikan ratu itu. Begitu juga, mungkin ada wanita di kampung kita, kita rasakan lebih cantik daripada para model yang popular. Sebab apa? Sebab persepsi kecantikan tidak pernah sama antara manusia. Ada orang anggap hidung yang sedikit mancung sebagai cantik, ada orang tidak. Ada orang rambut yang mengurai sebagai cantik, ada orang menganggap rambut yang ditutup sebagai kecantikan yang mengatasi. Ada orang menganggap putih melepak itu sebagai cantik ada orang suka yang hitam.
Ada orang mentafsirkan kecantikan itu mata yang bundar tetapi ada orang merasakan yang sepet seperti Jepang atau Cina itu yang lebih menawan.Ada orang menganggap bibir yang tipis itu cantik tetapi ada juga orang yang mengatakan bibir tebal lebih mengancam.
Di sebuah kawasan terpencil di utara Thailand, terdapat sekelompok manusia yang mentafsirkan cantik itu leher yang jinjang. Maka, para wanita memakai besi lilit di leher untuk memanjangkan leher masing-masing. Alangkah seksanya untuk menjadi cantik menurut penilaian masyarakat ini.
Begitu juga di sebuah penempatan di Afrika, cantik ditafsirkan mulut yang lebar. Semakin lebar mulut semakin cantiklah mengikut ukuran kelompok ini. Maka para lelaki dan para wanitanya memakai piring besi berbentuk bulat di mulut. Piring ini ditukar kepada yang lebih besar dari semasa ke semasa. Begitulah misteri dan luasnya makna cantik dan tampan. Jadi, usah terlalu susah hati jika anda merasakan anda tidak begitu menarik. Anda tetap cantik di mata orang yang mentafsirkan kecantikan itu bukan sekadar wajah tetapi mungkin keseluruhan anda. Ini termasuklah gaya jalan anda, cara nada bertutur, pendirian serta sikap anda terhadap sesuatu perkara.
Jika anda belum mendapat teman bukan cantik masalahnya, cuma anda belum bertemu dengan orang yang mentafsirkan cantik itu menurut apa-apa kelebihan yang ada pada diri anda.
Sebenarnya tiada manusia yang buruk, lantaran setiap daripada kita ini dicipta oleh Tuhan yang Maha Bijaksana. Masa ciptaan Tuhan itu tidak cantik, malah dalam islam kecantikan bukan terletak pada wajah atau keturunan tetapi apa yang ada di dalam hati. Baik sang hati baiklah seluruh badan, jahat sang hati jahatlah seluruh badan. Agama menilai kecantikan itu iman yang teguh, kukuh dan padu.
Siapa kita untuk mempertikaikan ciptaan-ciptaan TUHAN. Sudah tentu kita tidak layak. Tetapi ramai orang mempertikai TUHAN setiap kali menghadap cermin. Berkacalah tatkala bercermin sebab dengan berkaca cermin akan memberitahu anda apakah anda yang berdiri di situ atau perasaan dan keegoan anda yang menampani.
Siapa anda, anda sendiri yang menentukan. Pandangan manusia semuanya tidak sama. Sejuta yang mengatakan anda tidak indah, sepuluh juta mungkin mengatakan yang sebaliknya. Hanya anda belum bertemu muka dengan yang sepuluh juta itu.
Itu saja yang membezakan.Andai hidup punca perpisahan, biarlah mati menyambungnya semula.Namun seandainya mati punca perpisahan, biarlah hidup ini membawa erti yang nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar